taman kita

taman kita

Rabu, 31 Desember 2008

KEGAGALAN ISRAEL TERHADAP PALESTINA


Ketika George Bush, Presiden AS pertama kali memasuki Gedung Putih sebagai Komandan Nomor Satu AS pada tahun 2001, orang-orang Palestina tengah meregang nyawa dalam aksi infitifadhah al-Aqsha. Delapan tahun kemudian, ketika Bush akan meninggalkan Gedung Putih, hal yang serupa terjadi: orang-orang Palestina kembali tewas sebagai tebusan agresi keji yang dilancarkan Israel, pelakunya masih sama selama 60 tahun terakhir ini, yaitu Israel. Dan, AS, dari dulu sampai sekarang, tetap pada pendiriannya, mendukung Israel dengan segala argumennya.

Apa yang dilakukan oleh Israel sekarang ini, sama persis pula dengan apa yang mereka lakukan terhadap pasukan Hizbullah di Lebanon tahun 2006 silam. Tapi, alih-alih bisa menghancurkan Lebanon, malah Hizbullah memenangkan pertempuran yang berat sebelah itu, dan mereka menjadi symbol kebangkitan dunia Arab. Israel, dengan agresinya terhadap Jalur Gaza sekarang ini akan melakukan kembali kesalahannya.

Jelas sudah Israel berharap bahwa Palestina akan menerima penjajahan Israel—mengingat sekarang Palestina sudah kehilangan lebih dari separuh fungsi sosialnya. Tetapi, jika Palestina berusaha melawan, seperti yang kini ditunjukan oleh Hamas, negara Yahudi itu akan kembali babak belur, sama halnya dengan kejadian di Lebanon dua tahun lalu. Israel harus belajar bahwa kekuatan militer tak akan pernah bisa menghentikan gerakan perlawanan dunia Islam, dalam hal sekarang ini, Palestina.

Faktor Media

Sementara militer Israel khusyuk membombardir 1.5 juta penduduk Gaza, media menyaksikan sebuah dilema simalakama—karena di satu sisi mereka terluka mengabarkan semua itu, namun di sisi lainnya, mereka juga berusaha mencari-cari pembenaran atas ulah sang agresor barbar itu.

Tapi, tak ada yang mengejutkan dalam hal ini; orang-orang Israel sudah memperkirakan semua opini media massa terhadap aksinya, juga karena yang terpenting, Israel sudah jauh-jauh hari (selama enam bulan lebih) membuat kerja sama dengan negara-negara Arab.

Beredar sebuah pertanyaan di kalangan pers AS; apakah sebuah terorisme atau agresi terhadap penduduk sipil bisa dibenarkan? Jawabannya jelas tidak sama dengan kejadian 150 tahun lalu ketika Yahudi dibantai Nazi Jerman—dibandingkan dengan orang-orang Palestina sekarang ini. Negara-negara yang kuat secara militer seperti Israel, AS, Rusia, Cina selalu menyebut korban perjuangan sebagai teroris.

Tapi negara-negara ini gagal mengenali jenis teror yang terjadi di Chechnya, penyembelihan Palestina, represi Tibet dan pendudukan AS atas Iraq dan Afghanistan. negara-negara adidaya, selalu seperti biasanya jumawa dalam mendefinisikan semua arti perlawanan; yang mereka beri label dalam satu stigma—teroris. Dan media-media yang ada sekarang, apa lacur, dipunyai oleh mereka, dan media-media ini lah yang menyebarkan stigma dan citra itu ke seluruh penjuru dunia.

Perlawanan setengah hati

Para negara kolonial selalu menggunakan cara licik yang sama selama berabad-abad dalam menaklukan sebuah wilayah yang alot untuk ditaklukan; mereka menyerang penduduk sipil terlebih dahulu. Ini akan membuat semua elemen pembela tanah yang bersangkutan menjadi patah arah, putus asa dan merasa membentur tembok besar ketika harus konsisten melakukan perlawanan.

Hal inilah yang tidak akan pernah dilakukan oleh orang-orang Palestina terhadap Israel, sebuah perbedaan yang jauh sekali jika dibandingkan dengan apa yang dilakukan oleh Israel yang tak punya rasa malu.

PLO, kemudian Hamas

Tahun 1948, ketika Israel sekonyong-konyong tanpa alasan yang jelas mendirikan sebuah negara di Palestina, 750.000 rakyat Palestina diusir dari rumahnya, dan ratusan rumah dibumihanguskan. Tanah Palestina diklaim milikinya sampai hari ini.

Sebaliknya, Palestinian Liberation Organization (PLO) yang terus digerogoti dan dijadikan mitra dalam merebut Palestina sepenuhnya, terus dijanjikan kekuasaan dan kebebasan bagi rakyat Palestina. Inilah yang membuat PLO menjadi melempem, dan malah kemudian tidak punya daya lawan apapun terhadap Israel di kemudian hari. Bahkan banyak memberi jalan kepada Israel untuk meneruskan penjajahannya dengan kemudahan kelas atas.

Ketika PLO sudah jinak, fokus Israel beralih pada Hamas. Hamas memenangkan pemilu legislatif tiga tahun lalu, karenanya Israel sadar betul, bahwa Hamas lah sebenarnya sasaran tembak untuk mendapatkan seluruh pendudukan Palestina. Dengan cara memberlakukan embargo pada Palestina dan mengizinkan Israel menjejakan kakinya di Gaza, dunia telah mengatakan pada rakyat Palestina dengan kebohongan paling besar dalam sejarah, bahwa Hamas tidak sehat untuk demokrasi Palestina.

Akibatnya, tanpa disadari oleh rakyat Palestina sendiri, mereka kemudian terjebak dalam kenyataan bahwa bukan hanya Hamas yang menjadi korban isolasi atau pengasingan dunia. Tetapi rakyat Palestina pun menjadi pesakitan. Kondisi ini semakin menjadi-jadi ketika Israel menggempur semua infrastuktur yang dimiliki oleh Palestina.

Israel, tak pelak dan tak sungkan, menghabisi semua yang ada di Palestina, polisi, rakyat, bahkan pejabat PLO sendiri yang menghamba padanya.

Kebijakan Gagal

Dalam 60 tahun terakhir, para pemimpin Israel telah menggarisbawahi bahwa satu-satunya bahasa yang dimengerti oleh orang Arab adalah kekerasan. Padahal, kenyataan sebenarnya, Israel lah yang rutin menjadikan kekerasan sebagai penyelesaian masalah. Tahun 2002, Liga Arab di Beirut dalam pertemuannya menawarkan Israel sebuah gagasan untuk mengakhiri tumpahan darah dan perjanjian damai. Israel menjawabnya dengan mengagresi Jenin dan membunuh ratusan orang di sana. Bulan lalu, Fatah meluncurkan kampanye media mengingatkan resolusi 2002, tapi dijawab dengan aksi brutal yang eksrem.

Kesimpulannya adalah Zionis Israel tidak lagi punya proyeksi yang panjang. Selanjutnya, hanya akan ada satu negara saja dalam sejarah Palestina. Dalam dekade mendatang, Israel akan berkonfrontasi dengan sebuah pertanyaan mendasar: sejarah penjajahan hanya akan bekerja jika penduduk asli ditumpas habis.

Tapi sering, seperti yang terjadi di Algeria, yang bertahan adalah mereka yang memiliki tanah aslinya. Dan Palestina tidak akan pernah rela untuk berkompromi dengan Israel. Juga tidak akan pernah menerima Israel berada dalam wilayah jengkal tanahnya. Mengaggresi Palestina sekarang ini, kolonial Israel akan segera menyerah dan angkat kaki dari bumi Palestina.

Nir Rosen Wartawan asal Beirut, Pengarang buku "The Triumph of the Martyrs: A Reporter's Journey into Occupied Iraq." (sa/aljazeera)

Sabtu, 27 Desember 2008

TANGIS DUKA GAZA


Hujan Bom di Gaza, Bantai 195 Warga Palestina
GAZA CITY - Bumi Palestina kembali membara. Setelah sempat mereda akibat gencatan senjata enam bulan, jet-jet tempur Israel kembali menghujani permukiman penduduk Palestina di seantero Jalur Gaza pada sore kemarin. Negara Yahudi tersebut meluncurkan puluhan misil dari udara dengan dalih menumpas kelompok Hamas yang menguasai Gaza sejak Juni 2007.

Seperti dilaporkan stasiun televisi Al Jazirah yang dilansir dari Reuters tadi malam, akibat serangan mendadak itu, 195 orang dilaporkan tewas dan 310 lainnya luka-luka. Sebagian di antara mereka adalah para pejuang Palestina. Namun, tidak sedikit juga ibu-ibu dan anak-anak yang menjadi korban.

Korban tewas dan luka itu berceceran di jalan. Serangan tersebut juga menyebabkan banyak bangunan dan jalan rusak dan hancur. ''Setidaknya 195 orang tewas dan 300 lainnya luka-luka akibat serangan ini,'' kata Menteri Kesehatan Hamas Bassem Naim kepada AFP.

Jubir Kepolisian Hamas Ehad Ghussein mengatakan, korban paling banyak berada di Kantor Pusat Polisi Hamas. Dia menyebutkan, sekelompok polisi sedang mengadakan upacara kelulusan taruna polisi saat serangan terjadi. Hujan bom itu juga merenggut nyawa Kepala Polisi Hamas Tawfiq Jabber. ''Sejumlah anggota regu yang selamat berlarian membantu korban dan meneriakkan Allahu Akbar, Allahu Akbar,'' katanya.

Di sisi lain Gaza, sembilan orang sipil tewas dan 30 lainnya terluka dalam serangan di tempat pengungsian Khan Younis. Di wilayah itu pula terlihat kawah besar terbentuk di tanah. Paramedis sedang mengevakuasi korban-korban ke dalam ambulans.

Saksi mata mengatakan, serangan dilakukan pesawat dan helikopter tempur saat warga akan mengakhiri aktivitas. Anak-anak juga baru saja meninggalkan sekolah mereka ketika jet-jet tempur Israel melintasi langit Gaza. Said Masri, 57, seorang penjaga toko, mengungkapkan bahwa saat misil maut berjatuhan, kepanikan langsung pecah di mana-mana. Anak-anak berlari kebingungan. Para ibu menghambur ke jalanan untuk mencari anak-anak mereka. ''Israel membakar kota ini semudah saya membakar rokok,'' ungkap Masri sambil mencari putranya yang berusia 9 tahun. Pelabuhan Gaza dan instalasi keamanan Hamas dilaporkan hancur.

Wartawan BBC di Gaza melaporkan, bandar laut Kota Gaza dan instalasi-instalasi keamanan kelompok Hamas rusak berat. ''Asap hitam akibat serangan itu mengepul di seantero kota Gaza,'' lapornya melalui sambungan telepon.

Juru Bicara Militer Israel Avi Benayahu mengonfirmasi bahwa mereka telah melancarkan serangan-serangan udara dan mengatakan bahwa sasaran-sasarannya adalah ''infrastruktur teroris''. Dia menegaskan, pengeboman itu baru langkah awal. ''Ini hanya awal operasi yang dilancarkan setelah keputusan kabinet. Kami belum memastikan berapa lama akan berlangsung dan kami akan beraksi berdasar situasi di lapangan,'' kata Benayahu.

Pengeboman itu, lanjut dia, merupakan balasan dari serangan roket yang dilancarkan kelompok militan di Gaza ke Israel beberapa hari terakhir.

Menteri Pertahanan Israel Ehud Barak dalam jumpa pers menyatakan, serangan akan terus ditingkatkan jika kondisi di lapangan membutuhkan. ''Ada waktu untuk tenang dan ada waktu untuk berperang. Dan, sekarang adalah waktu untuk berperang,'' tegasnya.

Serangan udara Israel kemarin memang yang paling dahsyat dalam sepuluh tahun terakhir. Dari Jerusalem, wartawan BBC Paul Wood melaporkan, beredar kabar bahwa serangan udara akan diikuti dengan serangan darat.

Lawan-lawan Israel langsung meradang. Para pemimpin Hamas menyerukan serangan balasan, termasuk serangan bunuh diri. ''Kami akan membalas sampai titik darah penghabisan,'' tegas Juru Bicara Hamas Fawzi Barhoum. Imbauan itu langsung disambut dengan tembakan roket-roket pejuang Palestina di Qassam ke wilayah Israel. Seorang wanita tewas dan empat warga Israel terluka akibat serangan roket itu di kota Israel, Netivo.

Aksi solidaritas muncul di Tepi Barat, wilayah lain yang dihuni penduduk Palestina, dan negara-negara Arab. Ratusan warga Jordania dengan marah mendatangi kantor perwakilan PBB di kota Amman. ''Hamas, jangan menyerah. Kalian adalah kanon dan kami siap menjadi peluru-peluru kalian,'' teriak mereka sambil mengibar-ngibarkan bendera hijau Hamas.

Di Beirut, puluhan pemuda memenuhi jalan-jalan sambil menembakkan senjata ke arah wilayah Israel. Sementara itu, di kamp pengungsi Palestina di Yarmouk, Syiria, ratusan orang meminta negara-negara Islam bersatu melakukan serangan balasan ke Israel.

Dari Tepi Barat, Presiden Otorita Palestina Mahmoud Abbas mengutuk serangan Israel. Pemimpin faksi Fatah yang diusir dari Gaza oleh Hamas pada 2007 itu mendesak semua pihak untuk menahan diri.

Mesir yang berbatasan langsung dengan kota Gaza juga mengutuk keras aksi brutal itu. Kantor Kepresiden Mesir dalam pernyataannya yang dikutip kantor berita MENA tadi malam mengimbau agar diberlakukan kembali gencatan senjata antara Israel dan Hamas di Gaza. Mesir juga menuntut Israel bertanggung jawab atas korban tewas dan cedera akibat serangan itu. ''Mesir akan terus melakukan kontak-kontak untuk menciptakan iklim yang kondusif guna mengembalikan masa tenang dan mencapai rekonsiliasi antarfaksi Palestina,'' katanya.

Pernyataan Kantor Presiden Mesir juga menyebutkan, Presiden Husni Mubarak telah memerintahkan agar pintu penyebarangan Rafah di perbatasan antara Mesir dan Gaza yang ditutup akibat blockade Israel agar dibuka untuk para korban Palestina. Selain itu, fasilitas-fasilitas medis Mesir disediakan untuk melayani semua korban serangan udara Israel.

Sekretaris Liga Arab Amr Mussa menyatakan akan menggelar pertemuan mendadak hari ini untuk membahas agresi Israel itu. Dia juga meminta Libya, anggota liga Arab yang juga menjadi anggota Dewan Keamanan PBB, meminta ada pertemuan mendadak untuk membicarakan serangan tersebut.

Pada bagian lain, AS dan sekutunya, seperti biasa, memberikan komentar yang mengartikan bisa memahami tindakan yang diambil Israel. ''Kami meminta Israel untuk menghindari korban sipil dalam tindakan mereka memburu para teroris,'' bunyi pernyataan resmi gedung putih.

AS TAKUT MAINAN ANAK-ANAK

Militer AS di Irak terjangkit penyakit fobia berlebihan, hingga harus melarang mainan anak-anak berbentuk senjata api. Militer AS merilis video-video dan memasang pengumuman isinya mengingatkan para orang tua di Irak tentang bahaya memberikan mainan "tembak-tembakan" pada anak-anak.

Mengikuti perintah AS, otoritas berwenang di Irak akhirnya juga memberlakukan larangan terhadap mainan anak-anak berbentuk senjata, bahkan meminta anak-anak di seluruh Irak yang sudah terlanjur memilikinya menyerahkan senjata mainannya.

Pemerintah Irak dan militer AS berdalih, larangan itu merupakan bagian dari upaya mencegah penyalahgunaan mainan anak-anak menjadi senjata betulan. "Setiap hari, mainan anak-anak berbentuk senjata api hampir serupa senjata api asli," kata Letnan Kolonel Haydar Muwalim.

Ia menambahkan, "Kami tahu, mainan itu tidak bisa mengeluarkan peluru. Tapi ada cukup alasan bagi pihak militer untuk mengambil langkah yang lebih serius, jika tiba-tiba ada seorang anak yang menodongkan senjata pada tentara, tentara-tentara itu tidak punya cukup waktu untuk memutuskan apakah senjata itu mainan atau senjata asli."

Alasan semacam itu tentu saja tidak dipahami anak-anak Irak. Ibrahim Ayat seorang anak Irak berusia 12 tahun menangis ketika ia dilarang bermain dengan mainan pistol-pistolan favoritnya.

"Kami tidak boleh main di jalan karena berbahaya. Kami tidak boleh ke taman karena mungkin ada orang yang akan meledakkan bom. Sekarang kami tidak bisa main dengan mainan kami karena tentara-tentara tidak suka melihatnya," kata Ayad sambil menangis.

"Kenapa anak-anak di Irak tidak boleh main dengan mainan yang mereka suka seperti anak-anak lainnya di dunia," keluh Ayad.

Beberapa orang tua di Irak juga tidak mempedulikan larangan itu. Mereka menolak membuang atau menyerahkan mainan pistol-pistolan milik anak-anak mereka. "Saya tidak merasa bersalah memberikan mainan pistol-pistolan," kata Abu Karim, ayah dengan dua anak.

Studi yang dilakukan oleh Association of Psychologists of Iraq (API) baru-baru ini menunjukkan bahwa aksi-aksi kekerasan di Irak telah mempengaruhi anak-anak Irak yang hidup ditengah suara tembakan senjata, peluru, kematian dan rasa takut.

Tapi yang fobia sebenarnya adalah tentara-tentara AS. Belum lama ini, tentara AS meringkus seorang anak Irak yang mengacungkan senjata mainannya ke arah mereka. Anak itu dibebaskan setelah dipastikan bahwa senjata yang ia bawa cuma mainan.

Kamis, 11 Desember 2008

MALCOLM X


Malcolm x yang memiliki nama asli Malcolm Little lahir di Omaha, 19 Mei 1925. Ayahnya adalah seorang Pendeta Baptis bernama Earl Little yang juga aktivis Universal Negro Improvement Association (UNIA). Ibunya bernama Louise little. Malcolm memiliki 5 orang saudara seibu dan 3 saudara lain ibu.

Masa kecilnya dihabiskan di Lansing, Michigan. Keluarganya tinggal di sebuah ladang dengan kondisi yang memprihatinkan. Apalagi setelah ayahnya terbunuh oleh Ku Klux Klan di tahun 1931. Keluarga Little ini berantakan. Ibunya masuk rumah sakit jiwa. Malcolm bersaudara harus tinggal di panti asuhan dan sebagian lagi tinggal di bersama orang lain. Malcolm sendiri sempat empat kali tinggal di empat keluarga berbeda.

Ketika SMP, Malcolm tergolong siswa yang pandai. Bahkan ia bercita-cita ingin menjadi pengacara. Namun, menurut guru Bahasa Inggrisnya, Ostrowski, cita-cita itu sangat tidak realistis bagi seorang anak negro. Gurunya itu menyarankan agar ia mengejar karir sebagai tukang kayu saja. Kenyataan pahit ini membuat Malcolm frustasi. Dengan membawa rasa frustasi itu, pada tahun 1941 ia pindah ke Boston ikut kakaknya seayah yang bernama Ella.

Di Boston ia salah bergaul. Teman barunya, Shorty, mengajaknya menjadi tukang semir sepatu di sebuah balai dansa. Namun, mereka -bersama Sophia, pacar Malcolm yang berkulit putih– punya pekerjaan sampingan sebagai calo dan pelaku kriminal. Mulai dari mecuri hingga menggarong. Bahkan, Malcolm menjadi seorang pecandu narkotika. Sampai kemudian polisi menangkap mereka. Malcolm masuk bui.

Tujuh tahun tinggal di penjara –dari tahun 1946-1952– menjadi berkah bagi Malcolm remaja. Ini titik balik pertama dalam hidupnya. Atas dorongan teman satu selnya, Bimbi, Malcolm remaja belajar membaca dan menulis. Ia melalap buku-buku yang ada di perpustakaan penjara. Bahkan, ia ikut berbagai kursus korespondensi.

Pada tahun 1948, adiknya Reginald menyatakan bisa mengeluarkan Malcolm dari penjara dengan syarat ia berhenti merokok dan berhenti makan daging babi. Reginald berusaha mengislamkan Malcolm dan mengajaknya masuk ke dalam barisan Back Muslims atau The Nation of Islam yang didirikan oleh Elijah Muhammad.

Ajaran Elijah Muhammad menarik minat Malcolm yang mengaku dirinya atheis. Ia setuju masuk The Nation of Islam yang bertujuan memisahkan ras kulit hitam dari ras kulit putih. Bahkan, Malcolm percaya betul dengan ajaran Elijah bahwa orang kulit putih bertabiat jahat dan tidak bisa dipercaya. Sebagai tanda keanggotaan, ia memakai nama Malcolm X. X adalah simbol yang dipakai pengikut Black Muslims untuk menyatakan bahwa mereka adalah generasi yang hilang. Manusia yang tercerabut dari asal-usulnya akibat perdagangan manusia yang dilakukan oleh orang kulit putih. Mereka diculik dari Afrika, dibawa dan dijual di Amerika sebagai budak.

Tahun 1952 Malcolm bebas bersyarat. Ia bekerja di pabrik mobil dan tinggal bersama kakaknya, Wilfred, yang juga anggota Black Muslims. Kemudian ia menemui Elijah Muhamamad di Chicago. Malcolm belajar Islam dan ajaran The Nation of Islam langsung dari sang pendiri. Setahun kemudian Malcolm kembali ke Boston untuk mengorganisasikan sebuah masjid. Atas keberhasilannya itu, ia diangkat menjadi imam Masjid Tujuh (Temple Seven) di Harlem.

Selama sepuluh tahun kemudian The Nation of Islam berkembang pesat. Masjid bertambah sebagaimana bertambahnya pengikutnya. The Nation of Islam menjadi gerakan nasional berpengaruh. Malcolm menjadi juru bicara utama gerakan pemisahan warga kulit hitam dari warga kulit putih yang dicita-citakan Elijah Muhammad.

Tahun 1958 Malcolm menikahi Betty X. Dari pernikahan selama 7 tahun mereka dikaruniai 4 orang anak: Attilah, Qubilah, Illyasah, dan Amiliah.

Tahun 1959 gerakan The Nation of Islam dikenal secara nasional. Malcolm X pun mendapat publikasi yang luar biasa, melebihi Elijah Muhammad sang pendiri. Bahkan, media massa menyebut Malcolm X sebagai simbol kebencian rasial.

Elijah khawatir akan popularitas Malcolm X. Ia tak ingin pengaruh Malcolm semakin kuat. Karena itu, ia menarik dukungan. Ketika hubungan mereka semakin renggang, Elijah memecat Malcolm X dari The Nation of Islam. Bahkan, ia memerintahkan orang untuk membunuh Malcolm X.

Setelah keluar dari The Nation of Islam, Malcolm X mendirikan organisasinya sendiri. Ia juga melakukan perjalanan haji ke Mekkah. Di Tanah Suci terbukalah cakrawala pikirannya. Ia baru tahu ajaran Islam yang sesungguhnya. Kebencian terhadap ras kulit putih adalah pemikiran yang keliru. Islam tidak membeda-bedakan warna kulit.

Kebencian yang timbul antara kaum negro dan kaum kulit putih di Amerika bukanlah masalah perbedaan warna, tetapi karena kesalahan sikap dan perilaku. Karena itu, Malcolm X sadar bahwa satu-satunya cara mengatasi pertikaian rasial adalah dengan menerima prinsip kesamaan derajat manusia dan keesaan Tuhan. Inilah kebenaran yang diabaikan oleh bangsa kulit putih Amerika.

Setelah berhaji dengan penuh kontemplasi, Malcolm X bersalin nama menjadi El Hajj Malik El Syabazz. Selama menjadi tamu pribadi Pangeran Faisal, Malik El Syabazz banyak berdiskusi tentang perbandingan ajaran Elijah Muhammad dengan ajaran Islam yang sebenarnya. Ia sadar betul ajaran Elijah keliru. Selama berhaji ia merasa dirinya sebagai manusia yang utuh. Itu perasaan yang tidak pernah dirasakannya selama hidup di negerinya, Amerika. Di Mekkah semua orang saling menghargai dan tidak mempermasalahkan warna kulit.

Pada perjalanan keduanya ke Timur Tengah di tahun 1964, Malik El Syabazz menyempatkan diri berkunjung ke Afrika, negeri leluhurnya. Selama delapan pekan dia beraudiensi dengan Presiden Mesir Gamal Abdul Nasser, Presiden Nigeria Nnamoi Azikiwe, Presiden Tanzania Julius K. Nyarere, Presiden Guinea Sekou Toure, Presiden Kenya Jomo Kenyatta, dan Perdana Menteri Uganda Milton Obote. Ia juga bertemu dengan para pemimpin agama berkebangsaan Afrika, Arab, dan Asia, baik muslim dan non-muslim.

Sepulangnya ke Amerika, ia punya perspektif yang berbeda dari sebelumnya. Ia kembali melakukan dakwahnya. Kali ini ia menyerukan kebenaran sejati yang ditemukannya di Mekkah. Kepada teman-temannya yang beragam –ada Kristen, Yahudi, Budha, Hindu, Atheis, sosialis, kapitalis, komunis, kaum moderat, konservatif, dan ekstremis-ia katakan manusia akan memperoleh kedamaian sejati jika mau menyerahkan diri kepada Allah Sang Pencipta.

Namun, perubahan pemikiran itu bukan tanpa risiko. Malik El Syabazz dibayang-bayangi orang yang ingin membunuhnya. Khususnya orang-orang dari The Nation of Islam. Pada hari Ahad, 21 Februari 1965, Malik El Syabazz terbunuh. Tiga orang yang duduk dekat panggung menembaknya saat ia berpidato di sebuah pertemuan organisasi persatuan orang-orang Amerika Hitam di Harlem. Malik El Syabazz menghadap Allah swt. sebagai seorang muslim yang tercerahkan.

BEDAH PEMIKIRAN AMROZI CS


"DARAH SYUHADA TAK PERNAH KERING."
Kematian ketiga mujahid di tangan eksekutor indonesia meninggalkan kesan tersendiri ketika kita sedang butuh tokoh dan peristiwa besar. Terlebih kematian mereka diiringi dengan berbagai keajaiban "karomah" seperti wajah yang tersenyum, tiga burung hijau yang terbang diatas rumah, munculnya lafal Allah dilangit rumah, tumbuhnya tumbuhan tak dikenal di samping kuburnya, dll. Semua itu meninggalkan ketakjuban sekaligus tanda tanya; haruskah setiap syahid harus diiringi karomah?
Kini, semangat yang menggebu dikala pemakaman ketiga mujahid itu berangsur sirna. Pemikiran ketiga mujahid itu pun menguap tanpa ada yang mau menggali setelah semua orang kembali terlelap.
Perlu diingat, semangat yang menggebu dikala pemakaman itu pun baru sebatas semangat tubuh. Banyak yang belum memahami bagaimana sebenarnya ide perjuangan ketiga Syuhada (insyaAllah) itu.
Secara kebetulan saya menemukan satu kajian yang utuh tentang ini. kajian yang akan mengajak kita memahami pemikiran mereka. Kalau yang selama ini menilai mereka khawarij, benarkah demikian? Kalau yang selama ini bermodal semangat membabi buta membela mereka, tak adakah yang perlu diluruskan dari perjuangan mereka selama hidup? Bagi yang sudah paham Islam, bagaimana sebenarnya ide pemikiran mereka dan bagaimana kita melanjutkan perjuangan mereka dalam li i'lai kalimatillah?

IKUTI....
BEDAH PEMIKIRAN AMROZI CS BERSAMA UST ABU RUSYDAN, DI MASJID BAITUL MAKMUR, SOLO BARU. AHAD, 21 DESEMBER 2008, PUKUL 08.30-11.45 WIB.
GRATIS LHO...

Rabu, 03 Desember 2008

IBU

Ribuan kilo jalan yang kau tempuh

Lewati rintang untuk aku anakmu

Ibuku sayang masih terus berjalan

Walau tapak kaki, penuh darah... penuh nanah



Seperti udara... kasih yang engkau berikan

Tak mampu ku membalas...ibu...ibu



Ingin kudekat dan menangis di pangkuanmu

Sampai aku tertidur, bagai masa kecil dulu

Lalu doa-doa baluri sekujur tubuhku

Dengan apa membalas...ibu...ibu....



Seperti udara... kasih yang engkau berikan

Tak mampu ku membalas...ibu...ibu

Oleh: Iwan Fals

Teriak

Aku ingin berteriak
badanku kaku
otakku kelu
mulutku tak mampu berkata-kata
aku keliru

Selasa, 02 Desember 2008

JALUR GAZA


Jalur Gaza atau sering disebut dengan Gaza adalah nama wilayah yang terletak di Timur Tengah, tepatnya di Palestina, sebelah barat daya Palestina ’48 (wilayah Palestina sebelum perang tahun 1948). Sebelah selatan berbatasan dengan Mesir, sebelah barat, timur dan utara berbatasan dengan wilayah Palestina ’48.

Gaza merupakan wilayah yang bentuknya memanjang dan sempit. Panjang wilayahnya 45 km, lebar 5,7 km di beberapa bagian dan 12 km di bagian yang lain yaitu berbatasan dengan Mesir. Sehingga jika dijumlah, luas Jalur Gaza adalah 365 km persegi.

Bagi Kaum muslimin, Gaza merupakan negeri yang bersejarah, negeri perjuangan dan negeri syuhada’, karena banyaknya rakyat Gaza yang syahid di jalan Allah, mulai dari bayi, anak-anak, remaja, hingga nenek-nenek dan kakek-kakek yang dibunuh tentara Zionis Iarael.

Gaza akan selalu diingat dan dikenang khususnya bagi mereka yang mencintai keluarga Rasulullah saw, bagi mereka yang menjadi pengikut mazhab Imam Syafi’i, bagi mereka yang berjuang dan melanjutkan perjuangan Imam Hasan Al Banna dengan gerakannya yang terkenal, Al Ikhwan Al Muslimin.

Datuk Rasulullah saw, Muhammad bin Abdillah, wafat dan dikubur di Gaza. Datuk Rasulullah saw namanya adalah Hasyim bin Abdu Manaf. Beliau adalah orang tua dari kakek Rasulullah saw, Abdul Muththalib yang terkenal dengan sebutan Syaibah karena ada segumpal rambut putih di kepalanya.

Imam Syafi’i, murid Imam Malik, pendiri mazhab Syafi’i, lahir pada bulan Rajab tahun 150 H (767 M) di Gaza, hari kelahiran Imam Syafi’i bertepatan dengan hari wafatnya Imam Abu Hanifah di Baghdad dan wafatnya Imam Ibnu Juraij Al Makky, seorang alim besar di kota Makkah, dikenal dengan Imam Ahli Hijaz.

Imam Syafi’i, nama lengkapnya Muhammad bin Idris bin Abbas bin Utsman bin Syafi’i bin Saib bin Ubaid bin Abu Yazid bin Hasyim bin Abdul Muththalib bin Abdu Manaf bin Qushaiy. Silsilah dari jalur ibunya, Fathimah binti Abdullah bin Al Hasan bin Husain bin Ali bin Abi Thalib (paman Nabi saw).

Bagi umat Islam yang mengikuti mazhab imam Syafi’i seharusnya memiliki kepedulian yang tinggi terhadap Gaza, kota kelahiran Iman Syafi’i, yang saat ini penduduknya sedang disiksa secara masal oleh Zionis Israel dengan cara blokade.

Akibat blokade yang diterapkan penjajah Zionis Israel terhadap rakyat Gaza, maka kebutuhan pokok berupa makanan, susu untuk bayi, obat-obatan dan BBM (Bahan Bakar Minyak) tidak dapat masuk Gaza.

Berbagai obat-obatan yang dibutuhkan rakyat sudah menipis dan sebagian sudah habis. Jenis obat yang habis tersebut diperkirakan berjumlah 160 jenis. Sekitar 90 alat kedokteran sudah tidak dapat dipakai lagi karena tidak ada suku cadang yang dapat digunakan untuk memperbaikinya

Apabila “kejahatan kemanusiaan” ini dibiarkan terus, tanpa ada yang mau dan mampu mencegahnya, maka tidak menutup kemungkinan akan terjadi tragedi kemanusian di abad modern.

Gaza adalah tempat yang pernah dikunjungi oleh Mursyid ‘Am Al Ikhwan Al Muslimin, Imam Hasan Al Banna, didampingi Ustadz. Abdah Qasim, Sa’duddin Al Walili dan Syekh Muhammad Farghali, Jum’at, 1948.

Imam Hasan Al Banna datang langsung ke kota Gaza, Palestina ditengah kesibukannya dalam berdakwah, untuk memberikan semangat kepada pasukan Al Ikhwan Al Muslimin yang berjihad di Palestina dan memberikan dukungan serta bantuan nyata kepada rakyat Palestina yang sedang berjuang melawan penjajah.

Ketika berada di kantor cabang Ikhwan, di kota Gaza Hasyim, Palestina, Imam Hasan Al Banna menulis kalimat singkat dibuku tamu yang tersedia. Kalimat tersebut tertulis dengan jelas: Hari ini, aku mengunjungi Kantor Cabang Ikhwan di kota Gaza Hasyim. Aku mempertanyakan asal-usul nama ini, Gaza Hasyim. Seseorang berkata kepadaku bahwa Hasyim adalah kakek Rasulullah saw yang kuburannya terdapat di kota Gaza.

Sekarang di Gaza, Palestina, negeri tempat dikuburnya datuk Rasulullah saw, Hasyim bin Abdu Manaf, tempat lahirnya Imam Syafi’i, tempat yang pernah dikunjungi Imam Hasan Al Banna, penduduknya sedang menderita, gelap gulita setiap hari karena pasokan BBM untuk listrik dihentikan Zionis Israel, anak-anak hidupnya tercekam, ketakutan, kebutuhan pokok makin menipis, makanan sulit didapat, penderitaan tersebut akibat blokade yang dilakukan penjajah Zionis Israel.

Disamping itu, dengan adanya tembok pemisah yang tingginya 8 m dan dalamnya 6 m dari permukaan tanah, tembok pemisah dikenal dengan nama “tembok rasialis” atau “tembok apharteid”, praktis penjajah Zionis Israel telah memenjarakan dan mengurung penduduk Gaza yang berjumlah sekitar 1,5 juta orang di kawasan yang luasnya 365 km persegi.

Sungguh sangat menyedihkan, sangat memilukan, betapa tidak? Umat Islam yang berjumlah sekitar 1,3 milyar tidak mampu menghentikan kebiadaban dan kezaliman yang dilakukan penjajah Zionis Israel di Gaza, Palestina.

Kezaliman yang dilakukan penjajah zionis Israel sampai kini masih terus berlanjut, bahkan mereka juga melakukan politik adu domba, politik devide et impera diantara rakyat Palestina.

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ ﴿١٠﴾

Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat. (QS:Al Hujuraat: 49 :10).

Apakah kita membiarkan saja rakyat Palestina ditindas, dijajah, dizalimi Zionis Israel? Lantas dimana ukhuwah kita? Dimana solidaritas kita? Dimana keimanan kita?

Rasulullah saw pernah bersabda:

Tidak beriman seseorang dari kamu sehingga ia mencintai saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri. (HR. Bukhari dan Muslim dari Anas ra).

Barangsiapa menghilangkan kesusahan seorang muslim, niscaya Allah akan menghilangkan satu kesusahan di hari kiamat. Barangsiapa menutup aib seorang muslim, niscaya Allah akan menutup aibnya di hari kiamat. Allah selalu menolong hamba selama dia menolong saudaranya. (HR. Muslim).

Sekarang, marilah kita buat sejarah yang baik, sejarah yang akan bermanfaat untuk kita dan anak cucu dikemudian hari, sejarah yang dapat menghibur dan menyenangkan hati saudara-saudara kita di Gaza khususnya dan Palestina umumnya.

Caranya? Bantu mereka dengan doa! Dengan dana! Dengan tulisan dan lisan! Tunjukkan rasa empati dan peduli terhadap perjuangannya! Jangan membeli makanan dan minuman serta produk lainnya yang keuntungannya diberikan untuk Zionis Israel.

Jika tidak mau membantu, jangan buat mereka sakit hati dengan prilaku borju, hedonis, materialis yang dipertontonkan secara vulgar tanpa ada perasaan malu.