taman kita

taman kita

Senin, 26 Januari 2009

Proklamasi Daulah Islam Irak 6 (terakhir)

PASAL IV

KEWAJIBAN MENDUKUNG DAULAH ISLAM

Syahdan … buku ini telah selesai ditulis melalui perasaan yang sangat mendalam, yang senantiasa memandang kepada realita dan berbagai realita yang ada di salah satu lapangan dari lapangan-lapangan yang paling panas di dunia ini. Sementara mata senantiasa melihat kepada realita tersebut setiap hari. Sedangkan harapan umat tergantung pada hasil dan kesudahan dari peristiwa-peristiwa tersebut. Dan setelah beberapa waktu dari pertempuran dan pertarungan melawan Zionis-Salibis internasional, mulai muncullah tanda-tanda kemenangan di ufuk kenyataan. Kemudian kemuliaan datang membawa kabar gembira berupa datangnya kejayaan dengan didirikannya sebuah Negara untuk kaum muslimin dan diangkatnya bendera mereka!!

Tetapi, ketika kebaikan itu datang, siapakah yang mampu meletakkannya di pangkuan sebuah Umat yang lemah dan terluka ini? Akankah muncul kembali sikap-sikap mundur dan lemah dalam membela kebenaran dan para pejuangnya, serta mengulurkan dengan tali-tali pertolongan dan rasa persaudaraan iman yang kuat?

Peperangan yang tengah berkecamuk sekarang ini tidak hanya sekedar masalah mengusir orang-orang Salib dan kaki tangan mereka saja. Akan tetapi peperangan pada hari ini medannya sangat luas yang tengah memikul tanggung jawab Negara Islam yang baru tumbuh, yang darinya muncul berbagai tugas dan tanggung jawab yang bermacam-macam dalam rangka menjalankan syariat Islam, amar makruf, nahi munkar, menebar keadilan dan kebaikan, melaksanakan hukum hudud, mengembalikan hak orang yang diambil secara zholim, mencegah tindakan dholim, membela orang-orang yang lemah, membagi kekayaan… dan mengurus kepentingan-kepentingan yang lainya.

Dan hendaknya setiap muslim mengetahui bahwasanya membela Islam dan muslimin dalam peperangan melawan bangsa Salib ini hukumnya adalah fardlu ‘ain bagi setiap muslim sesuai dengan apa yang dia mampu. Dalam Sunan Abu Dawud dan yang lainnya diriwayatkan dari Anas bin Malik bahwasanya Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda: Berjihadlah kalian melawan orang-orang musyrik dengan harta kalian, dengan jiwa kalian dan dengan lisan kalian.

Maka setiap muslim yang mampu untuk berjihad dengan salah satu dari macam-macam jihad tersebut, ia tidak diperkenankan untuk melakukan amalan yang lebih ringan sementara ia mampu untuk melakukan yang lebih tinggi tingkatannya. Dan meskipun jihad itu hukumnya telah fardlu ‘ain semenjak pertama kali jatuhnya Negara Islam ke tangan orang-orang kafir, yaitu Andalusia, namun kewajibannya pada hari ini lebih ditekankan lagi terhadap kaum muslimin, karena peperangan saat ini menyerang Islam pada setiap bidang kehidupan, sehingga sekarang ini Islam memerlukan benteng untuk berlindung dan untuk mengambil nafas. Sementara itu Daulah Islam baru saja berdiri, yang kemudian akan menancapkan akar-akarnya di kawasan timur tengah, sebagaimana yang pernah terjadi pada masa-masa kejayaan dan kemuliaan Islam. Maka apabila kaum muslimin pada hari ini tidak mau mendukung agama mereka, dan memperlihatkan kepada Alloh peran baik mereka, dan bahwasanya mereka sanggup untuk mengorbankan nyawa mereka untuk Islam, dan mereka tidak akan menunda-nunda waktu untuk mengorbankan harta dan nyawa mereka untuk bangkit dan berdirinya Islam sekali lagi, lalu kapan lagi sikap yang seperti ini akan mereka tunjukkan!! Dan kapan lagi mereka akan bangkit melepaskan selimut kehinaan dan kelemahan, kemudian memikul susah payahnya meraih kemenangan.

Padahal tidak diragukan lagi Negara Islam yang baru lahir ini pasti akan diperangi. Dan desainer salibispun telah mengumumkan langkah-langkahnya untuk tidak akan memberikan peluang bagi setiap kekhilafahan yang hendak bangkit, dengan menyakiti dan menyerang orang-orang Islam. Akan tetapi Alloh Maha menang dalam segala yang ditetapkan-Nya. Sungguh Alloh telah memberikan kekuasaan kepada hamba-hamba-Nya yang berjihad, sehingga mereka dapat menenggelamkan perencanaan bangsa Salib ke dalam tanah, dan mereka memproklamasikan proyek baru mereka. Negara yang baru lahir ini telah mengetuk pintu, lalu bangun dari tidurnya. Sementara di hadapannya ada jalan panjang yang tidak mudah untuk ditempuh. Namun ini adalah pintu gerbang bagi harapan baru umat ini, kejayaannya yang datang, dan pedangnya yang terhunus untuk menebas leher musuh-musuhnya.

Maka, wahai pasukan Alloh… majulah!!! Wahai kaum muslimin bangkitlah kalian secara serempak untuk membela dan mempertahankan agama kalian. Dan ketahuilah bahwa Islam itu tidak akan berkuasa dan menang kecuali apabila Negaranya telah tegak, kekuatannya telah nampak lalu bertarung dengan kebatilan di medan tempur. Oleh karena itu setiap orang yang menyangka bahwa Islam itu dapat berkuasa dengan menggunakan kaset-kaset rekaman atau dengan buku-buku atau dengan dakwah atau dengan parlemen dan kertas-kertas suara, maka orang tersebut adalah orang yang bodoh yang tidak mengetahui bagaimana cara menegakan agama ini. Sesungguhnya agama ini tegak di atas tengkorak dan tulang-belulang para shahabat dan anak-anak mereka. Maka cepat atau lambat, pada akhir perjuangan kita pasti akan menghadapi kekafiran di medan pertempuran supaya Alloh memberikan kemenangan untuk agama ini. Karena sunnatulloh di muka bumi ini menuntut adanya pertarungan antara kebenaran dan kebatilan, baik pertarungan budaya maupun pertarungan nilai dan akhlaq. Namun yang paling penting adalah pertarungan fisik di medan perang. Dan seandainya bukan karena pertarungan di medan perang — yakni jihad — itu adalah poros dari semua pertarungan yang berkecamuk antara kebenaran dan kebatilan tentu Alloh tidak akan membuat hukum-hukum dan keutamaan-keutamaan secara khusus untuk jihad. Tidak ada sebuah ibadah yang asal hukumnya adalah fardlu kifayah, yang memiliki keutamaan melebihi keutamaan jihad. Bahkan sering kali keutamaan ibadah jihad ini melebihi keutamaan ibadah-ibadah yang hukumnya fardlu ‘ain, yang mana ibadah-ibadah itu tidak akan syah kecuali dengannya. Hal ini merupakan dalil yang jelas yang menunjukkan bahwasanya umat ini tidak akan mendapatkan kejayaan kecuali di medan perang, tidak akan mendapatkan kejayaan kecuali dengan melaksanakan

ibadah jihad ini, dan tidak akan dapat berkuasa kecuali dengan memerangi kekafiran dan para penganutnya.

Dan jika kita perhatikan nash-nash syar’i, tentu kita akan dapatkan bahwa jihad adalah faktor utama tersebarnya Islam dan kejayaannya. Sehingga apabila kita meninggalkannya pasti semua bangsa akan mengeroyok kita. Dan pada saat orang-orang Salib sadar bahwa ibadah jihad ini mulai hidup kembali di dalam hati kaum muslimin, seluruh pasukan syetan pun bersatu dan berkumpul untuk mematikan ibadah jihad ini pada saat ia lahir.

Kondisi ini menuntut kaum muslimin agar mereka jangan bersikap sebagai penonton saja. Karena di sana telah ada sekelompok orang yang bangkit untuk meluruskan jalan di Irak yang datang untuk menjalankan syariat Alloh di sana, dan berusaha untuk membangun sebuah Negara yang dapat mewujudkan keamanan dan melawan musuh dari kalangan bangsa Salibis dan murtaddin serta kaki-tangan mereka yang lainnya. Dan kini telah terbuka peluang untuk memberikan bantuan kepada kelompok tersebut, apalagi di sana ada ikhwan-ikhwan yang telah hidup bersama mereka dan menyaksikan mereka sebagaimana menyaksikan mata hari. Dan bagi mereka yang tertinggal sejauh ribuan mil, janganlah mereka membiarkan kesaksian ini, dan jangan pula meninggalkan keterangan ini, serta jangan terus terombang-ambing dalam lautan analisa dan spekulasi-spekulasi strategi.

Sesungguhnya pertarungan babak baru telah dimulai, harapan-harapan besar telah lahir, berbagai mara-bahaya dan kesulitan tidak sedikit jumlahnya di tengah-tengah pertempuran yang dahsyat ini. Bukanlah termasuk sikap yang bijaksana atau cerdas atau logis atau sikap setia dengan membiarkan dan menutup-nutupi kesaksian dan penjelasan ini.

Harapan-harapan datang mengiringi kerja keras dan jihad … sedangkan balasannya sangatlah besar baik di dunia maupun di akherat, insya Alloh.

Barangsiapa gentar untuk mendaki gunung …

… niscaya ia akan hidup di antara lubang selama-lamanya …

Robb kita berfirman:

Barangsiapa menghendaki kehidupan sekarang (duniawi), niscaya Kami segerakan baginya di dunia ini apa yang Kami kehendaki bagi orang yang Kami kehendaki, dan Kami tentukan baginya neraka Jahannam; ia akan memasukinya dalam keadaan tercela dan terusir. Dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah beriman, maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalasi dengan baik. Kepada masing-masing golongan baik golongan yang ini (yang menghendaki kehidupan dunia) maupun golongan yang itu (yang menghendaki kehidupan akherat) Kami berikan bantuan dari kemurahan Robbmu. Dan kemurahan Robbmu itu tidak dapat dihalangi. Perhatikanlah bagaimana Kami lebihkan sebagian dari mereka atas sebagian (yang lain). Dan pasti kehidupan akherat itu lebih tinggi tingkatnya dan lebih besar keutamaannya. (QS. Al Isro’: 18-21)

Dahulu Syaikh ‘Abdulloh ‘Azzam mengatakan: “Saya heran terhadap orang yang diajak menuju sebuah pohon dan tanaman yang buahnya sudah masak dan telah tiba saat memetik, seperti proyek jihad dan penegakkan Islam di Afghanistan, lalu ia menjawab: Tidak, aku ingin kembali dan menanam tanaman di tanahku sendiri … Sementara tanahnya itu lembab dan asin, masih perlu untuk di olah kemudian dibajak kemudian ditanami kemudian ditunggu berbuah sampai datang waktu panen … Beliau rohimahuloh mengajak untuk memanen tanaman ini dengan buah-buahannya dan hasil-hasilnya, sementara yang satu lagi diperbaiki dan ditanami. Dan nampaknya keadaan akan seperti yang beliau katakan dan beliau inginkan. Semoga Alloh merahmati beliau.

Sekarang kami sampaikan seruan kami …

Pertama: Kepada para Ulama Islam yang jujur dan kepada para penuntut ilmu yang mengamalkan ilmunya. Di sini kami telah terangkan kepada kalian tentang situasi dan kondisi yang ada. Dan kini tengah ditunggu pikiran sehat dan fatwa yang tegas dari kalian… Ini adalah amanah di pundak kalian. Karena umat ini tengah tenggelam dalam lautan kehancuran dan kedholiman, sedangkan Negara Islam ini menurut pandangan kami adalah bahtera penyelamat … lalu apa peran kalian dalam menghadapi bencana yang sangat besar ini? Inilah petunjuk yang Alloh berikan kepada kami, lalu kamipun mengucapkannya berdasarkan apa yang kami ketahui tentang kondisi kami, dan berdasarkan dalil-dalil syar’i yang Alloh tunjukkan kepada kami. Jika kami benar maka jelaskanlah kepada kami dan berdirilah bersama kami … namun jika kami salah maka terangkanlah kepada kami dan kembalikanlah kami kepada yang benar berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah. Hujjah kami atas kalian telah tegak karena kami sudah menyampaikannya kepada kalian. Ya Alloh saksikanlah … ya Alloh saksikanlah …

Kedua: Kepada gerakan-gerakan Islam dan kepada seluruh da’i … saya katakan kepada kalian apa yang telah dikatakan oleh Syaikh ‘Abdulloh ‘Azzam rohimahulloh: “Selama 70 tahun kalian mengajak orang untuk mendirikan Negara Islam, dan kalian coba semua cara baik yang salah maupun yang benar … kalian berbicara kepada kami tentang qo’idah sholabah (wilayah aman yang kuat) yang kalian bina dan kalian jadikan tempat titik bertolak .. dan kalian telah coba segala macam cara sampai jihad dengan senjata, dakwah, sabar, penjara dan yang paling akhir — wa hasbunalloh wani’mal wakil — kalian coba jalan-jalan yang penuh kompromi, cara-cara parlemen dan kesesatan-kesesatan penguasa dengan segala apa yang kalian lakukan sebagai konsekuensi yang muncul dari cara-cara tersebut … Inilah hujjah Alloh telah tegak kepada kalian … inilah bumi Irak, sekarang telah siap untuk sebuah proyek Islam yang besar, dan kami tidak perlu untuk menjelaskan secara panjang lebar tentang wilayah geografi kami yang strategis, ia berada di jantung kawasan yang panas (timur tengah), dengan segala yang tersedia di dalamnya berupa berbagai kekayaan dan sumberdaya yang dapat menjamin dibukanya kawasan ini menuju kawasan Islam yang besar.

Selain itu semua kelompok jihad di Irak telah memiliki banyak keahlian dan pengetahuan di bidang militer dan organisasi yang dapat membantu mendorong roda menuju kekuasaan dan kehidupan Islam di bawah sebuah Negara yang penuh berkah. Ini adalah kesempatan bagi semua orang yang berjuang untuk memetik hasil dari segala jerih payah dalam membangun sebuah Al-Qo’idah Islamiyah Ash Sholabah (wilayah Islam yang kokoh) di kawasan timur tengah, yang benar-benar akan menjadi titik konsentrasi awal untuk merealisasikan berbagai tujuan syariat dan aqidah dalam Islam.

Ketiga: Kepada para pemuda Islam dan orang-orang yang memiliki keahlian dan kemampuan. Inilah problem kita pada jaman ini, Negara Islam yang kita tunggu-tunggu dan kewajiban jihad fi sabilillah … tidak perlu minta ijin kepada siapapun untuk melaksanakannya, baik itu bapak, ibu, orang yang engkau berhutang kepadanya, syaikh, komandan maupun pemimpin … Karena untuk melaksanakan kewajiban dari Alloh itu tidak perlu meminta ijin kepada hamba-Nya. Alloh ta’ala berfirman:

Ketika orang-orang yang diikuti itu berlepas diri dari orang-orang yang mengikutinya, dan mereka melihat siksa; dan (ketika) segala hubungan antara mereka terputus sama sekali. (Al Baqoroh: 166)

Wahai para pemuda Islam, wahai ikhwan-ikhwan penyebar dakwah, kebenaran dan iman … marilah berhijroh, marilah berhijroh … marilah berjihad, marilah berjihad. Kerena hujjah Alloh telah tegak atas kalian, maka perlihatkanlah dari kalian apa yang Alloh cintai dan Alloh ridloi.

Di hadapan kalian telah terbuka tempat-tempat ribath (berjaga di perbatasan) dan jihad, dan jika kalian mau di hadapan kalian terhampar tempat-tempat syuhada’ … dan tidaklah kalian berkehendak kecuali atas kehendak Alloh, kepada-Nyalah hendaknya semua orang bertaqwa dan hanya Dialah yang berhak memberikan ampunan, dan di sini kami telah sampaikan kepada kalian, ya Alloh saksikanlah.

Keempat: Dan kepada orang yang telah berhijroh bersama kami, saling bahu-membahu dan tolong-menolong bersama kami, melaksanakan ribath (berjaga di perbatasan) dan berjihad bersama kami … di wilayah Irak yang pernuh berkah ini … kabar gembira untuk kalian wahai pemuda Islam, selamat atas perdagangan menguntungkan yang telah kalian lakukan … selamat atas Negara baru kalian. Inilah masa-masa yang dahulu kalian tunggu-tunggu. Sementara sebelumnya kalian telah termasuk dalam kategori orang-orang yang Alloh ta’ala sebutkan dalam firman-Nya:

Di antara orang-orang yang beriman itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Alloh; maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu, dan mereka sama sekali tidak merobah (janjinya). (QS. Al Ahzab: 23)

Akan tetapi saya ingatkan kepada diri saya sendiri dan kepada kalian untuk mempersiapkan perjalanan yang panjang … untuk menghadapi kerja keras dan susahnya hijroh, serta ujian yang berat … maka berbekallah dengan kebenaran dan kesabaran, dan sesungguhnya bekal yang paling baik itu adalah taqwa … sesungguhnya kita sekarang tengah berada pada awal perjalanan … sementara musuh telah memanah kita dari satu busur, baik dari kalangan Yahudi, Nasrani, Rofidloh (Syi’ah), orang-orang murtad, orang-orang munafiq, berbagai kekuatan besar dan semua gelombang kejahatan saling beriringan… di hadapan kita ada peperangan, bahkan banyak peperangan yang mirip dengan perang Ahzab, sebagaimana firman Alloh ta’ala:

Ketika mereka mendatangi kalian dari arah atas dan dari arah bawah kalian, dan ketika tidak tetap lagi penglihatan kalian dan hati kalian naik menyesak sampai ke tenggorokan dan kalian menyangka terhadap Alloh dengan bermacam-macam sangkaan. Di sanalah orang-orang beriman diuji dan digoncangkan dengan goncangan yang sangat keras. (Al Ahzab: 10-11)

Namun aku tidak melihatnya kecuali sebagai tahun-tahun berat yang terakhir, yang setelahnya akan ada kemudahan dari Alloh, insya Alloh.

Dan sungguh Kami akan menguji kalian, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (Al Baqoroh: 155)

Dan ini adalah tanda permulaan untuk sesuatu yang menggembirakan yang datang dari Alloh ta’ala:

Sehingga tatkala para Rosul telah berputus asa dan telah meyakini bahwa mereka telah didustakan, datanglah pertolongan Kami kepada para Rosul itu, lalu diselamatkanlah orang-orang yang Kami kehendaki. Dan siksa Kami tidak dapat ditolak dari pada orang-orang yang berdosa. (Yusuf: 10)

Kelima: Kepada kelompok-kelompok jihad di bumi Irak. Setelah ini tidak ada udzur lagi bagi kalian untuk berlambat-lambat dalam bersatu dan berkumpul. Karena alasan-alasan kalian telah sirna dan matahari telah bersinar di siang bolong. Di dalam buku-buku sejarah disebutkan kisah kaum muslimin di Andalusia, bahwasanya setelah 400 tahun Andalusia ditaklukkan, dan dibangun dengan kebudayaan Islam yang cemerlang, bangsa Nasrani berkumpul untuk menyerang kaum muslimin. Mereka menyatukan kekuatan mereka lalu mengusir kaum muslimin dari banyak wilayah di Andalusia. Lalu mereka mengepung wilayah Andalusia yang paling terkenal, yakni pemerintahan Cordoba. Mereka mempersiapkan sebuah pertempuran yang dahsyat yang akan menentukan siapa yang akan berkuasa apakah Islam di Andalusia, ataukah Salib. Pada waktu itu yang memimpin kota Cordoba adalah Ibnu ‘Ibad, seorang petempur, penyair dan ahli bahasa yang terkenal, termasuk Raja yang cerdas di kalangan Raja-Raja Andalusia. Lalu ia mengumpulkan Ahlusy syuro dan meminta pendapat mereka untuk meminta bantuan kepada Daulah Al-Murobithin di wilayah Maroko dan Afrika Utara.

Ketika itu yang menjadi Amirul Mukminin di sana adalah seorang Raja yang sholih dan mujahid, yaitu Yusuf bin Tasyfin. Kemudian mayoritas dari para penasehatnya memberi saran untuk tidak mendatangkan mereka, karena mereka — yakni Al-Murobithin — itu datang dari negeri padang pasir yang miskin, sehingga apabila mereka melihat negeri Andalusia dan berbagai kenikmatan yang ada di dalamnya, setelah mereka dapat mengusir kaum Nasrani, mereka akan merampas kerajaan Bani ‘Ibad lalu menguasai Andalusia dan menggabungkannya dengan kerajaan mereka. Dan Ahlu `sy-Syuro-nya itu menyarankan kepadanya lebih baik ia berdamai saja dengan kaum Nasrani dan membikin mereka senang, daripada mempertaruhkan kerajaannya ke tangan kaum Murobithin meskipun kaum Murobithin itu orang-orang Islam … Setelah ia mendengar dari para penasehatnya yang hadir, ia mengatakan kepada mereka: “Saya akan berfikir malam ini dan saya akan pertimbangkan keputusanku.” … Kemudian pada hari berikutnya ia mengumpulkan para penasehatnya kembali, lalu mereka bertanya kepadanya: “Apa pendapatmu wahai Raja.” Ia menjawab: “Setelah saya pikir-pikir, saya berpendapat bahwasanya lebih baik menjadi penggembala unta daripada menjadi penggembala babi. Setelah itu saya jadikan kata-kata ini sebagai perumpamaan.” Ia melanjutkan: “Lebih baik menjadi penggembala unta daripada penggembala babi, artinya, jika aku ditangkap oleh orang-orang Murobithin dan mereka jadikan aku sebagai budak, jika mereka merampas kerajaanku maka paling banter saya akan disuruh menjadi penggembala unta sebagai budak orang Islam. Dan jangan sampai aku ditangkap oleh orang-orang Nasrani, karena jika mereka merampas kerajaanku, aku akan menjadi budak mereka untuk menggembala babi milik para penyembah Salib … maka bagi orang yang memiliki akal dan iman pasti akan lebih memilih jadi penggembala unta daripada menjadi penggembala babi.”

Maka di sini saya katakan kepada ikhwan-ikhwan yang menyebarkan berbagai syubhat (pandangan-pandangan keliru) dan alasan, bahwa kami di sini, di Irak, di sebuah Negara Islam yang menghendaki untuk menjalankan syariat Islam, di sebuah kelompok dari orang-orang Islam yang baik; Jika Negara mereka musnah lalu datang para penyembah salib dan orang-orang murtad, maka yang akan terjadi adalah pembantaian, atau pengusiran yang kemudian terpencarnya kaum muslimin di muka bumi, atau tunduk dan ruku’ kepada program-program kaum Salib.

Maka apakah sama antara kalian berada dalam kondisi yang paling buruk bersama kaum muslimin yang pada mereka ada berbagai penilaian negatif yang kalian lihat dan kalian sebar-luaskan, namun kalian dapat berjihad bersama mereka dan hidup berdampingan dengan mereka, melaksanakan amar makruf dan nahi munkar sesuai dengan kemampuan yang kalian miliki, dan antara kalian berada dalam kekuasaan bangsa Salib dan golongannya… Demi Alloh tidak sama antara keduanya, karena menjadi penggembala unta itu lebih baik daripada menjadi penggembala babi …

Kemudian di dalam riwayat sejarah disebutkan: Bahwasanya Ibnu ‘Ibad meminta batuan kepada Ibnu Tasyfin, yang mana beliau itu adalah seorang Raja yang Mujahid, yang umurnya lebih dari tujuh-puluh tahun. Ketika itu ia memerintahkan para pasukannya untuk mengikatkan dirinya pada kudanya supaya ia tidak terjatuh darinya karena umurnya yang sudah tua renta. Maka berkumpullah pasukan Maghrib dari bangsa Murobithin dengan pasukan Andalusia, maka terjadilah perang Az-Zalaqoh yang terkenal itu … kemudian Alloh ta’ala memberikan kemenangan kepada orang-orang Islam dan menceraiberaikan pasukan Salib, kemudian Andalusia hidup dalam kekuasaan Islam selama 400 tahun lagi … Lalu Ibnu Tasyfin meninggalkan medan perang dan bersumpah di hadapan pasukannya untuk tidak mengambil ghonimah (harta rampasan perang) sedikitpun…

Inilah kesudahan orang yang berfikir sesuai dengan petunjuk Islam dan akalnya. Maka iapun mengatakan: “Menjadi penggembala unta itu lebih baik daripada menjadi penggembala babi.”

Maka saya katakan kepada ikhwan-ikhwanku, semoga Alloh meneguhkan mereka di atas kebenaran, dan semoga Alloh menunjuki langkah kami dan langkah mereka, serta membantu kami untuk memperjuangkannya … Saya katakan: Semoga Alloh tidak mengijinkan dan tidak mentaqdirkan Negara Islam ini hancur, tapi jika Negara Islam ini hancur, lalu datang orang-orang najis itu, kemudian berdirilah proyek orang-orang Salib dan antek-antek mereka, maka kalian serta-merta akan terusir ke tempat-tempat pengungsian yang hina, menakutkan dan tempat kelaparan di muka bumi. Ketika itulah kalian akan teringat dengan perkataan Ummu ‘Abdillah Kecil:

Menangislah seperti kaum wanita, terhadap kerajaan …

… yang tidak engkau jaga sebagaimana kaum laki-laki …

Sedangkan kami — hanya Allohlah yang membimbing kami — yang menjadi petunjuk bagi kami adalah firman Alloh ta’ala yang berbunyi:

Dan jika mereka meminta pertolongan kepada kalian dalam (urusan pembelaan) agama, maka kalian wajib memberikan pertolongan. (Al Anfal: 72)

… dan firman Alloh ta’ala yang berbunyi:

Maka berperanglah kamu di jalan Alloh, tidaklah kamu dibebani melainkan dengan kewajiban kamu sendiri. Dan kobarkanlah semangat orang-orang beriman (untuk berperang). Mudah-mudahan Alloh menolak serangan orang-orang yang kafir itu. Alloh itu amat besar kekuatan dan amat keras siksaan (Nya). (An Nisa’: 84)

Sedangkan suri tauladan kita adalah Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam. Beliau mendakwahkan agama Alloh, dan bersabar ketika dalam kondisi-kondisi yang memerlukan kesabaran, beliau melaksanakan amar makruf, nahi munkar, memperhatikan kebodohan orang-orang bodoh dan orang-orang yang baru masuk Islam. Beliau mengatur umatnya dengan syariat yang paling bijaksana dan hukum yang paling masuk akal, serta berdasarkan pemahaman terhadap kondisi realita. Dan beliau lah yang bersabda:

Aku diperintahkan untuk berbicara kepada manusia sesuai dengan kadar akal mereka. Semoga Alloh melimpahkan sholawat serta salam kepada beliau. Kemudian beliau dilanjutkan oleh Khulafa-ur Rosyidin yang mana mereka itu bersikap seperti itu pula, sampai masa salaf kita yang sholih … Maka muncullah di antara mereka ulama’-ulama’ Islam yang memperjuangkan Islam.

Keenam: Wahai penduduk Irak yang mulia, sungguh Alloh telah menganugerahkan kepada kalian dengan anugerah umur dan kesempatan. Karena Negara Islam Irak ini, yang merupakan benteng Islam, telah dibangun di negeri kalian dan tumbuh dalam asuhan kalian. Maka tunjukkanlah kepada Robb kalian sikap yang baik dari diri kalian. Karena Negara Islam Irak ini adalah tempat berlindung kalian setelah kalian berada dalam siksaan dan keterombang-ambingan selama bertahun-tahun. Telah berlalu masa kejayaan partai Ba’ats dan para thoghut modern dari kalangan orang-orang Salib dan orang-orang Murtad, mereka saling berbenturan satu sama lain, sebelum akhirnya pilar-pilar mereka tumbang, sementara kekuatan mereka telah runtuh dan persendian mereka telah copot, atas karunia Alloh. Maka bangkitlah kalian untuk berbai’at kepada Negara Islam Irak, dan nyatakanlah loyalitas kalian kepada syariat Islam yang suci, kokohkanlah pilar-pilar Islam yang luas, dukunglah saudara-saudara kalian yang berjihad dan bantulah mereka untuk menjalankan proyek mereka yang baik, satukanlah barisan kalian di belakang mereka, ulurkanlah tangan kalian kepada tangan mereka, untuk membela Islam, untuk membatu kebenaran dan orang-orang yang memperjuangkannya. Alloh ta’ala berfirman:

Hai orang-orang yang beriman, masuklah kalian ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kalian turuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagi kalian. (Al Baqoroh: 20 8)

Dan Alloh ta’ala berfirman:

Dan tolong-menolonglah kalian dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. (Al Maidah: 2)

Wahai orang-orang Islam yang mulia, inilah bendera yang senantiasa kalian cita-citakan. Inilah Negara Islam yang senantiasa kalian angan-angankan. Waspadalah dan waspadalah agar jangan sampai kalian bersikap lambat untuk berbai’at dan membela. Takutlah kalian kepada Alloh ta’ala atas diri kalian. Janganlah kalian bermaksiat kepada-Nya dengan enggan untuk membela dan dengan menterlantarkan para pejuang Islam dengan tanpa memberikan bantuan maupun dukungan. Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda:

Barangsiapa mati sementara di atas pundaknya tidak ada ikatan bai’at maka ia mati dalam keadaan jahiliyah.

… dalam riwayat lain menggunakan lafadh:

… ia mati dalam salah satu cabang kemunafikan.

Dan beliau shollallohu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:

Bagi seorang muslim wajib untuk mendengar dan taat (kepada pimpinan) dalam perkara yang ia cintai maupun yang ia benci, kecuali jika ia diperintah melakukan maksiat. Apabila ia diperintahkan berbuat maksiat maka tidak ada sikap mendengar maupun taat.

Dan Mujasyi’ rodliyallohu ‘anhu berkata: “Saya datang kepada Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam bersama saudaraku, lalu aku berkata kepada beliau: Aku berbai’at untu melakukan hijroh. Maka beliau bersabda: Hijroh telah berlalu bagi pelakunya. Maka aku bertanya kepada beliau: Lalu engkau bai’at untuk apa kami? Beliau menjawab: Untuk Islam dan jihad.

Dan apa yang telah kami terangkan di muka adalah apa yang kami pandang sesuai dengan yang dhohir dari Al-Qur’an dan As-Sunnah yang sesuai dengan pemahaman salaf, dan yang selaras dengan aqidah para ulama’. Oleh karena itu, sesungguhnya berbagai aliran dengan berbagai macam arah keyakinan dan gerakan mereka dalam memahami Al Khilafah, Al Imamah dan Al Bai’ah itu berada di antara dua pemahaman ekstrim yang berseberangan, dan satu kelompok lagi berada di tengah-tengah. Satu kelompok memiliki pemahaman yang berlebihan sehingga mereka memandang untuk tidak melaksanakan sejumlah syariat Islam yang jelas, seperti sholat jum’at, sholat jama’ah dan jihad, kecuali bersama dengan imam yang ditunggu-tunggu. Karenanya mereka tidak melaksanakan agama Alloh yang dhohir dan meninggalkan apa yang Alloh wajibkan kepada mereka. Dan mereka menjadikan seluruh ajaran Islam ini berporos kepada imamah. Kelompok yang memiliki pemahaman semacam ini adalah seperti Rofidloh (Syi’ah), dan jama’ah-jama’ah yang mengikuti langkah mereka serta memiliki sikap seperti mereka atau mirip seperti mereka. Sehingga mereka hendak menegakkan khilafah dengan tanpa kekuatan yang akhirnya mereka menjadi bahan tertawaan orang-orang yang berakal[11]. Satu kelompok lagi mereka tidak memperdulikannya sama sekali, mereka mengabaikan perkara-perkara tersebut dengan menggunakan takwilan-takwilan yang rusak dalam memahami nash-nash yang datang dari Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam. Dua kelompok ekstrim ini masing-masing adalah kelompok yang tercela. Sedangkan manhaj kami … insya Alloh kami bersikap mengajak kepada ajaran Alloh berdasarkan bashiroh (pemahaman), melaksanakan amar makruf, nahi munkar, bersikap tulus kepada Alloh, kepada Rosul-Nya, kepada para pemimpin kaum muslimin dan kepada kaum muslimin secara keseluruhan, kami bersabar menerima gangguan dari kaum muslimin, kami taat kepada yang makruf, kami berpaling dari yang munkar dan kami memberikan dorongan semangat kepada orang-orang beriman untuk berperang, kemudian kami berusaha untuk berdiri bersama mereka mati-matian, untuk melawan agresor yang

menyerang umat Islam ini.

[11] Salah satu jama’ah ini ialah kelompok yang telah kalah sebelum berperang yakni hizb at-tahrir al-bathil -ed.

Dan sebagai penutup… Sesungguhnya aku tidak mendapatkan kata-kata yang dapat saya sampaikan kepada mukhidzilun (orang-orang yang suka melemahkan semangat) dan munhazimun (orang-orang yang kalah mental) dari umat ini, kecuali kata-kata yang diucapkan oleh Ibnul Jauzi kepada kaum muslimin tatkala perang salib ke-2 dilancarkan kepada bumi kaum muslimin dan kaum salibis memasuki pinggiran-pinggiran negeri kaum muslimin. Pada saat itulah Ibnul Jauzi berbicara di hadapan manusia dengan kata-kata yang sangat menyentuh, yang mana pada hari ini kita sangat membutuhkan kepada khutbah yang seperti ini. Di sini saya akan menukilnya karena kesesuaiannya dengan kondisi realita kita.

Tatkala kaum salib menyerang negeri kaum muslimin beliau berkhotbah di Masjid Jami’ Al Umawi di Damaskus. Beliau berkata:

“Wahai manusia, mengapakah kalian lupakan agama kalian?

Mengapakah kalian menanggalkan harga diri kalian?

Mengapa kalian tidak mau menolong agama Alloh sehingga Allohpun tidak menolong kalian?

Kalian kira harga diri (‘izzah) itu milik orang musyrik, padahal Alloh telah jadikan harga

diri itu milik Alloh, Rosul-Nya dan orang-orang beriman.

Celaka kalian! Tidakkah pedih dan terluka hati kalian melihat musuh Alloh dan musuh kalian menyerang tanah air kalian yang telah disirami oleh bapak-bapak kalian dengan darah. Musuh menghina dan memperbudak kalian, padahal kalian dulu adalah para pemimpin dunia. Tidakkah hati kalian bergetar dan emosi kalian meledak menyaksikan saudara-saudara kalian dikepung dan disiksa dengan berbagai siksaan oleh musuh?

Apakah kalian hanya akan makan minum dan bernikmat-nikmat dengan kelezatan hidup, sementara saudara-saudara kalian di sana berselimutkan jilatan api, bergelut dengan kobarannya dan tidur di atas bara?

Wahai manusia! Sungguh perang suci telah dimulai, penyeru jihad telah memanggil, pintu-pintu langit telah terbuka. Jika kalian tidak mau menjadi pasukan perang, bukalah jalan untuk kaum wanita agar mereka bisa berperang; pergi saja kalian dan ambillah jilbab dan celak mata … wahai wanita-wanita bersorban dan berjenggot!

Jika tidak, pergilah mengambil kuda-kuda, inilah dia tali kekangnya untuk kalian… Wahai manusia, tahukah kalian dari apa tali kendali dan kekang ini dibuat?

Kaum wanita telah memintalnya dari rambut mereka karena mereka tidak lagi punya apa-apa selain itu. Demi Alloh, ini adalah gelungan rambut wanita-wanita pingitan yang belum pernah tersentuh oleh sinar matahari karena mereka sangat menjaga dan melindunginya; mereka terpaksa memotongnya karena zaman bercinta sudah selesai dan babak perang suci telah dimulai, babak baru perang di jalan Alloh kemudian dalam rangka membela negeri dan kehormatan.

Jika kalian masih tidak sanggup mengendalikan kuda, ambil saja tali kekang ini dan jadikanlah sebagai kucir dan gelung rambut kalian, sebab tali kekang itu terbuat dari rambut wanita, sungguh berarti tidak ada lagi perasaan dalam diri kalian.”

Setelah itu, Ibnul Jauzi melempar tali kekang itu dari atas mimbar di hadapan khalayak ramai seraya berteriak lantang:

“Bergeraklah wahai tiang-tiang masjid, retaklah wahai bebatuan, dan terbakarlah wahai hati, sungguh hati ini sakit dan terbakar, para lelaki telah menanggalkan kejantanan mereka.”

Semoga Alloh merahmatimu wahai Ibnul Jauzi. Jika kepada orang-orang yang kekuasaannya telah mencapai Andalusia dan negeri para syuhada’ saja engkau mengatakan seperti ini, lalu apa kiranya yang akan engkau katakan kepada kami? Dan akan engkau sebut apa kami ini jika engkau melihat keadaan kami pada hari ini? Dan akhir kata dari kami, segala puji bagi Alloh, Robb semesta alam. Dan sholawat serta salam semoga terlimpahkan kepada Sang Nabi ummi, kepada keluarga dan sahabatnya.

Tidak ada komentar: