taman kita

taman kita

Rabu, 19 November 2008

Partai Kelihatan Santri

Tanggal 10 November (kalo ga salah) di Indonesia diperingati sebagai hari pahlawan. Pada saat yang sama sebuah partai ngaku dakwah menjadikannya sebagai iklan politik di media. Iklan yang kemudian menuai pro dan kontra karena memasukkan sosok mantan presiden korup kedalam jajaran pahlawan dan guru bangsa itu. Saya jadi ingat betul ketika murabi saya yang notabene kader partai ngaku dakwah itu menyampaikan kegelapan pada masa "pahlawan" tersebut. "Dulu," kenangnya, "Kita tidak boleh sembarangan berkumpul dan mengadakan kajian. Ketika sudah sampai pun sandal harus di masukkan agar tidak tampak ada kumpul-kumpul masa." Itu dulu ketika generasi tarbiyah baru muncul di Indonesia. Ketika dakwah masih jaya. Ketika rasa uang masih agak pahit dan terlampau berat bila harus di gadaikan dengan harga diri.

Iklan itu memang layak membawa perdebatan karena diusung oleh partai yang selama ini dianggap mambu santri (Partai Keliatan Santri). Tapi saya tidak akan mempermasalahkan hal itu karena kita pahami bahwa "partai juga butuh massa" seperti lagunya Samson.

Ok, timbang ngomongin pahlawan yang belum jelas, lebih baik kita ngomongin yang jelas-jelas pahlawan, bahkan saking pahlawannya orang-orang Kristen memalsukan namanya.

Dalam swaramuslim.net di sebutkan tentang siapa pahlawan yang saya maksud ini. Nama lengkapnya Ahmad Lussy tapi kita lebih mengenalnya dengan sebutan Thomas Mattulessy. Ahmad Lussy atau dalam bahasa Maluku disebut Mat Lussy, lahir di Hualoy, Seram Selatan (bukan Saparua seperti yang dikenal dalam sejarah versi pemerintah). Ia bangsawan dari kerajaan Islam Sahulau, yang saat itu diperintah Sultan Abdurrahman. Raja ini dikenal pula dengan sebutan Sultan Kasimillah (Kazim Allah/Asisten Allah). Dalam bahasa Maluku disebut Kasimiliali.

Menurut sejarawan Ahmad Mansyur Suryanegara, Pattimura adalah seorang Muslim yang taat. Selain keturunan bangsawan, ia juga seorang ulama. Data sejarah menyebutkan bahwa pada masa itu semua pemimpin perang di kawasan Maluku adalah bangsawan atau ulama, atau keduanya.

Bandingkan dengan buku biografi Pattimura versi pemerintah yang pertama kali terbit. M Sapija menulis, “Bahwa pahlawan Pattimura tergolong turunan bangsawan dan berasal dari Nusa Ina (Seram). Ayah beliau yang bernama Antoni Mattulessy adalah anak dari Kasimiliali Pattimura Mattulessy. Yang terakhir ini adalah putra raja Sahulau. Sahulau bukan nama orang tetapi nama sebuah negeri yang terletak dalam sebuah teluk di Seram Selatan.”

Sebelum di hukum mati, ia sempat mengeluarkan satu puisi.

Nunu oli Nunu seli Nunu karipatu Patue karinunu

"Saya katakan kepada kamu sekalian (bahwa) saya adalah beringin besar dan setiap beringin besar akan tumbang tapi beringin lain akan menggantinya (demikian pula) saya katakan kepada kamu sekalian (bahwa) saya adalah batu besar dan setiap batu besar akan terguling tapi batu lain akan menggantinya)."

Bagi rekan-rekan yang merasa butuh pahlawan baru, kenapa tidak mencari sosok seperti Ahmad ini. Apa biar disebut Partai Kawannya Suharto? (Ups… sory sebut merk).

Tidak ada komentar: